Sejarah Valentine's Day
**Pindahan dari Blog SebeLumnya**
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
Cikal Bakal Hari Valentine
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine (bahasa Inggris: Valentine’s Day). Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
Valentine, Hari Cinta?
Dikatakan,
Valentine itu hari untuk menyebarkan kasih saying dan cinta. Benarkah
demikian? Salah, bahkan pernyataan itu sangat memprihatinkan! Bukankah
dengan demikian seolah-olah Islam tidak mengenal cinta kasih, padahal
dalam Islam ajaran cinta kasih memiliki kedudukan tersendiri dengan
skala prioritas sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Baqoroh [2]:165,
At-Taubah [9]-24, Al-Fath [48]:29, dan Al-Ma’idah [5]:54.
Kelihaian dan
kelicikan musuh Islam untuk menipu umat islam patut diacungi jempol.
Valentine’s Day yang berbau syirik pun bias terbungkus dan terpoles rapi
hingga diminati dan digandrungi oleh generasi muda Islam yang tidak
memiliki kekuatan ilmu agama.
Sesungguhnya
cinta dalam Valentine’s Day hanyalah cinta semua yang akan merusak
akhlak dan norma-norma agama. Oleh karenanya, perhatikanlah bagaimana
Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga
oleh pemuka agama-agama lainnya. Di India misalnya, pernah diberitakan
bahwa sejumlah aktivis dan pemuka agama hindu berkumpul di Bombay pada
Sabtu, 14 Februari 2004. Dengan lantang mereka menyerukan agar tidak
ikut-ikutan merayakan Valentine’s Day yang menganjurkan dekadensi moral
dan merusak tradisi India. Seorang aktivis berteriak : ‘Valentine’s Day
bukan bagian dari kepribadian dan tradisi agama kita. Selain itu, apa
yang diajarkan oleh Valentine’s Day itu sungguh-sungguh akan merusak
tatanan nilai dan norma kehidupan bermasyarakat warga India. Janganlah
ikut-ikutan barat!!” [1]
Cikal Bakal Hari Valentine
Sebenarnya ada
banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day.
Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa
sejarah yang dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu
hari besar setiap tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi
Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta
(queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para
pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda
mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi
pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan obyek
hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia
dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang
dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan
lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama
Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para
tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan
nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama
Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan
Paus Gregory I (The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity).
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus
Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan
Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine
yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book Encyclopedia
1998).
Kaitan Hari Kasih Sayang dengan Valentine
The Catholic
Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama
Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan
sebagai yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada
penjelasan siapa “St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya
yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber
mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi
pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St.
Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak
menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa
St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua
menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan
lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah.
Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine
melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun
ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (The World Book
Encyclopedia, 1998).
Versi lainnya
menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur sebagai
martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia
menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir
penjaranya yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di
atas: http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)
Dari penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
- Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
- Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
- Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
- Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh ironis
memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah
mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata
dan menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal
bakal sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin
berpikir, tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah
jelas-jelas nyata bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan
bermula dari ritual paganisme.
_____________________________________________________________________________________________
[1] Kantor Berita Reuters 12 Februari 2005
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar